Kamis, 19 Mei 2016

Menu Menyalakan Tanda Bahaya

Hai, salam kenal. Namaku Menu. Aku tahu namaku sudah familiar di telingamu. Tenang saja, kamu bukan orang pertama yang bilang kalau namaku pasaran. Tapi kamu hanya akan menemukanku di sebuah restoran, dengan steak sebagai menu utama yang ditawarkan. Biasanya aku memakai baju berwarna hitam dan kuning yang mendominasi, dengan tulisan “Waroeng Steak and Shake” bertengger di salah satu sisi.

Aktivitasku sehari-hari adalah berpindah dari satu meja ke meja yang lain. Digenggam oleh satu tangan, kemudian berpindah ke genggaman yang lain. Kamu harus tahu bagaimana rasanya dipelototi oleh mata para pengunjung, dari mulai ujung kepala hingga ujung kaki. Rasanya seru sekali! Kamu akan bisa mengenali wajah-wajah yang sedang kelaparan, kehausan, atau bahkan mengidam. Walaupun tak jarang aku mendapat perlakuan yang kurang mengenakkan. Aku pernah ditarik-tarik oleh kakak beradik yang berebut ingin memesan makanan. Aku juga pernah dilemparkan begitu saja oleh pasangan yang sedang bertengkar. Dan hal yang paling menyebalkan adalah ketika aku digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri berulang kali oleh pengunjung yang sedang kegerahan. Uh, andai saja dia tahu itu membuatku pusing dan agak mual!

Aku lebih suka rebahan di atas meja daripada harus berdesak-desakan dengan teman-temanku di dalam kotak penyimpanan. Aku senang memperhatikan setiap detail aktivitas yang terjadi di restoran, dari mulai para pelayan yang sibuk berlalu lalang di jam makan siang hingga ekspresi lucu para pengunjung yang kekenyayangan. Aku suka. Setiap meja selalu menawarkan cerita.

Siang hari tadi, ketika restoran baru saja buka, aku diletakkan di salah satu meja yang dikelilingi oleh sebuah keluarga. Ada seorang ibu muda yang menggendong anak balita, serta ada seorang laki-laki paruh baya yang duduk berhadapan dengannya. Laki-laki itu terlihat asyik menikmati sebatang rokok. Asapnya menari-nari di udara, menjelma sebagai pembunuh tanpa suara.

“Uh, aku benci dengan pemandangan ini! Aku benci melihat seorang perokok yang tanpa dosa mengepulkan asapnya di dekat anak balita. Mereka seolah tidak peduli dengan bahaya yang tertulis di setiap bungkus rokoknya. Seharusnya mereka cukup merusak badan mereka sendiri, tidak perlu mengajak anak balita ataupun istri. Tega sekali!” Ucapku emosi.

“Hey, kamu membicarakan aku?” Terdengar suara yang menimpali ucapanku. Ternyata itu berasal dari sebuah bungkus rokok yang tergeletak tak jauh dari tempat pisau dan garpu.

“Oops. Sorry, aku nggak ngeliat kamu tadi.” Kataku.

“Oh, nggak apa-apa. Aku udah biasa kok nggak dianggap ada.” Jawabnya drama.

“Maaf, aku nggak bermaksud menyinggung, tapi…”

“Iya, tenang aja. Aku nggak tersinggung kok. Aku cuma iri sama kamu. Orang-orang yang memegangmu pasti akan selalu memperhatikan kamu secara detail. Dari ujung kepala hingga ujung kaki, sebelum memesan makanan atau minuman yang mereka cari. Sedangkan aku seringkali hanya dianggap angin lalu. Padahal di bajuku tertulis banyak ilmu tentang bahaya rokok yang dapat membunuh orang itu. Sayangnya aku selalu diabaikan. Bahkan walaupun di bajuku terselip gambar yang menjijikkan!” Suara bungkus rokok terdengar lirih.

“Kalian harus merasakan bagaimana rasanya jadi aku. Masuk ke dalam rongga mulut seorang perokok adalah mimpi buruk! Seperti yang kalian tahu, merokok dapat menghambat aliran darah ke gusi, sehingga membuat gusi kekurangan nutrisi, oksigen dan menjadi rentan untuk terserang infeksi. Merokok juga mengakibatkan bau nafas tidak sedap yang bersifat menetap, meningkatkan penumpukan plak dan karang gigi, menimbulkan peradangan kelenjar ludah dan bercak-bercak putih di dalam mulut yang disebut leukoplakia, serta meningkatkan resiko lubang pada gigi. Menjijikkan bukan?” Kata garpu yang tiba-tiba ikut menyerbu.

Tiba-tiba terdengar suara isak tangis. Aku, bungkus rokok dan garpu segera mencari asal suara itu. Ternyata itu berasal dari kaos yang dipakai oleh laki-laki paruh baya, penghuni meja kami. “Lantas bagaimana dengan aku? Zat nikotin yang terkandung dalam rokok tidak hanya berpengaruh pada organ dalam perokok. Nikotin juga terserap melalui kulit dan memengaruhi produksi kelenjar keringat, sehingga menyebabkan bau badan yang tidak sedap. Berbeda dengan bahan makanan pada umumnya, bau yang ditinggalkan akibat rokok jauh lebih pekat. Bahkan aku harus terbiasa hidup dengan bau yang menyebalkan itu, selama berjam-jam, berhari-hari, atau bahkan berminggu-minggu.” Kaos berseru pelan.

Belum sempat aku menimpali ucapan mereka, aku segera diangkat oleh seorang pelayan dan dipindahkan ke meja lain yang berbeda ruangan. Ruangan ber-AC dan bertuliskan larangan merokok di pintu masuknya. Ruangan ini bagaikan surga. Aku suka. Dan percayalah, bahwa garpu, kaos ataupun benda-benda lainnya juga pasti suka. Seandainya saja aku bisa, aku ingin mereka, para perokok di luar sana, menyadari bahwa merokok itu lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya. Seandainya saja aku bisa, aku ingin menyuarakan ini pada dunia.

(ditulis dalam rangka Lomba Cerpen Waroeng Steak And Shake, dengan Tema: Bahaya Merokok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar