Kamis, 04 Juni 2015

Kamu, HTC ONE MINIku



Hey, kamu!
Iya, kamu...
Kamu yang udah nemenin aku sejak 21 April 2014 lalu.

Aku masih ingat betapa seriusnya usahaku untuk bisa dapetin kamu. Ya, untuk bisa memilikimu aku membutuhkan uang sebesar Rp 5.550.000,- kala itu. Dari segi "nama" memang belum terlalu banyak yang mengenalmu.

Aku pernah mendengar tentangmu dari seorang kawanku, jauh sebelum aku mengetahui rupamu. Dia bilang, hargamu memang tinggi, tapi itu berbanding lurus dengan kualitasmu. Sejujurnya aku nggak langsung percaya saat itu. Mungkin karena begitu banyak "nama lain" yang melebihi ketenaranmu.

Hingga pada akhirnya, Sang Penulis Skenario Kehidupan menyatakan bahwa aku harus mengenalmu lebih dalam...

Aku ditunjukkan jalan oleh-Nya ke sebuah perusahaan yang diadopsi olehmu. Di situlah, di kantor itu, untuk pertama kalinya aku bertegur sapa secara langsung denganmu. Meskipun rekan-rekan kerjaku sudah mengenalmu lebih dulu.

Perusahaan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengakrabkan diri denganmu secara cuma-cuma. Karena kehadiranmu membantu mengoptimalkan kinerja mereka.

Tidak denganku.
Orang tuaku tidak membiasakan aku untuk menggunakan benda-benda yang bukan milikku. Oleh karena itu, aku berusaha keras mendapatkanmu dengan uangku, agar kamu benar-benar menjadi milikku!

Ini dia penampakkan mereka. Mereka yang mengenalkanku padamu dan membuatku jatuh cinta. Kamu adalah cara sederhanaku mengenang kebersamaan dengan mereka.



Di antara sekian spesies sejenismu, aku memilih kamu. Ya, HTC ONE MINIku! Bentukmu yang mungil serta rupamu yang elegan dan seksi telah membuatku jatuh hati...

Beberapa rekan kerjaku menyayangkan karena aku memilihmu. Hem, mungkin karena ketidaksempurnaan tubuhmu. Selang beberapa waktu setelah aku memilikimu, muncul beberapa retakan halus di samping tubuhmu. Rekan kerjaku bilang, itulah kekuranganmu.

Tapi aku sama sekali nggak menyesal memilihmu. Sungguh! Ketika aku menjatuhkan pilihan pada pendamping-pendampingku sebelum kamu, hampir selalu ada alasan yang membuatku menyesal dan mengeluh. Tapi tidak dengan kamu... Aku bahagia bersamamu.

Namamu yang kurang berkilau, mengakibatkan nggak banyak yang menyediakan bajumu untuk dijual. Dulu, pendamping-pendampingku sebelum kamu, hampir rutin aku belikan baju baru. Biar nggak bosan. Biar kece. Tapi ketika aku bersamamu, menemukan satu baju saja (yang unik) untukmu sudah sangat beruntung!

Hey, kamu tau?
Secara nggak langsung kamu mengajarkanku untuk menjadi sederhana, untuk tampil apa adanya.
Terima kasih...

Satu tahun berselang setelah pertama kali kita bertemu, aku mulai tergoda memberikan penampilan baru untukmu. Aku berselancar di dunia maya, bergelut dengan beberapa situs dan media sosial. Aku berharap akan menemukan sosok malaikat yang menyediakan bajumu untuk dijual. Aku ingin membelikanmu baju baru yang transparan. Sudah dapat kubayangkan kamu akan semakin seksi memakainya. Pasti cantik!



Tapi ternyata nggak semudah itu mengubah angan-angan menjadi kenyataan. Setiap situs dan media sosial yang aku kunjungi mengatakan bahwa stok bajumu sudah habis. Sepertinya mereka nggak mau re-stock mengingat kehadiranmu kalah saing dengan rival-rivalmu. Aku justru menemukan bajumu yang unik dan lucu-lucu dari akun media sosial Thailand, Jerman, Australi, Prancis dan beberapa negara lain.

Sampai tiba saatnya aku dipertemukan oleh-Nya dengan sosok malaikat itu. Salah satu online shop yang 'katanya' menyediakan bajumu untuk dijual. Lokasinya masih di wilayah Jabodetabek. Aku senang bukan main! Aku segera order dan membuat desain bersama-sama dengan pemilik online shop itu. Kami menghabiskan waktu beberapa hari untuk menentukan desain yang pas untukmu. Ah, aku tidak sabar melihatmu memakainya...

Satu bulan setelah hari fiksasi desain bajumu, pemilik online shop itu mengatakan bahwa bajumu masih dalam proses pembuatan. Padahal berdasarkan perjanjian di awal, dibutuhkan waktu 2 minggu untuk menyelesaikan proses pemesanan. Beberapa saat kemudian, pemilik online shop itu menyampaikan padaku bahwa ia menyerah membuatkan bajumu dan akan segera mengembalikan uangku.

Ah, sedih sekali! Pupus sudah harapanku memakaikanmu baju yang sesuai dengan desainku. Tapi aku belum menyerah. Aku kembali berselancar di dunia maya, berharap menemukan sosok malaikat lainnya.

Perjalan yang panjang...



Ketika hampir menyerah, kemudian kebesaran-Nya mempertemukanku dengan sosok malaikat yang baru. Alhamdulillah. Dia mengatakan bersedia menerima orderan bajumu dan ternyata bajumu akan langsung diimport dari Hongkong!

Lantas, aku bisa apa lagi selain menyanggupi?

Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku harap kali ini nggak mengecewakan lagi. Sayangnya, malaikat yang satu ini nggak bersedia menerima orderan dengan desain buatan customer, sedangkan aku kurang tertarik dengan desain yang disediakan olehnya. Jadi, kuputuskan membelikanmu baju transparan polos tanpa desain. Langsung dari Hongkong! Ah, kamu pasti akan tetap terlihat sederhana tapi semakin seksi...

Pembayaran sudah aku lunasi. Tinggal menunggu bajumu datang dua minggu lagi. Aku nggak sabar. Aku berdebar.

Menjelang dua minggu setelah  hari pemesanan bajumu (tepatnya pada hari Jumat, 29 Mei 2015), aku mendapat tugas dinas mengikuti sebuah pelatihan di salah satu kampus swasta di daerah Pasar Rebo. Aku membawamu kala itu. Seperti biasa, kamu setia dalam genggamanku. Bahkan, kita sempat sama-sama mengabadikan kegiatan pelatihan itu.

Kegiatan dalam rangka tugas dinas itu selesai pada sore hari. Aku dan dua orang temanku yang duduk satu shaf sejajar dalam kegiatan itu, sebelum pulang janjian untuk melaksanakan salat ashar terlebih dahulu. Aku meletakkanmu dengan cantik dan anggun di dalam tasku. Kemudian aku meninggalkanmu dan tas itu karena aku akan ke toilet untuk mengambil air wudhu. Teman-teman yang lain juga melakukan hal itu.


Setelah dari toilet, aku langsung bergegas melaksanakan salat ashar, berkomunikasi dengan Rabb-ku. Aku nggak membuka lagi tas itu. Aku nggak mengecek keadaanmu. Selesai salat, aku meninggalkan ruangan dan bergegas pulang. Sesampainya di parkiran motor, aku membuka tasku. Bukan. Bukan untuk mengecek keadaanmu. Aku membuka tasku untuk mengambil kunci motor dan karcis parkir yang kuletakkan di dalam situ.

Kemudian aku mengendarai motor menuju rumah di daerah Palbatu. Berusaha menikmati kemacetan ibukota, tanpa ada firasat buruk tentangmu.

Sesampainya di rumah, aku segera membuka tas itu untuk bermesraan denganmu. Aku rindu. Tapi aku nggak bisa menemukanmu! Aku mulai panik dan mengeluarkan semua penghuni dalam tas itu. Semua! Kamu nggak ada. Kamu nggak ada di sana.

Aku ulangi lagi dan lagi, mencarimu di antara semua barang itu. Aku berharap kamu hanya terselip di antara mereka. Mungkin kamu bersembunyi dibalik benda-benda itu. Kamu hanya ingin bercanda denganku. Bukan begitu?



Bukan.

Kamu benar-benar nggak ada di sana. Bahkan setelah aku membongkar tas itu untuk yang kesekian kalinya...
Nggak terasa pipiku mulai basah.
Ya, air mata...

Kamu telah pergi. Menghilang.
Dan aku menangis. Semalaman.

Tangisku pecah. Sesak!



Keluargaku, sahabatku, lelakiku, mencoba menguatkanku dan memintaku untuk bersabar. Ikhlas. 

"Apa yang membuatmu menangis?"
Aku nggak bisa menjawab saat pertanyaan itu diajukan. Aku nggak paham.

Daftar kontak di dalamnya?
Foto-fotonya?
SIM Cardnya?
HPnya?

Entahlah...

Eh tapi, mungkin iya HPnya.
Iya, kamu.
Aku sudah terlanjur sayang.
Sampai-sampai merasa sesak saat kamu tinggalkan.

Aku berkali-kali memohon ampun, meminta maaf kepada Rabb-ku. Aku meminta maaf karena aku terlalu mencintaimu. Padahal DIA pernah berpesan, "jangan terlalu cinta sama harta".

Kini aku tau maksudnya...

Tangisku sempat terhenti karena aku tertidur. Di sepertiga malam aku terbangun. Aku berbenah diri untuk menghadap Rabb-ku. Menjadikan waktu yang spesial itu untuk mengadu. Mencurahkan segalanya di atas sajadah merah dalam kamarku.



Lagi dan lagi aku tersedu.
Lagi dan lagi aku meminta maaf kepada Rabb-ku.
Maafkan aku karena terlalu mencintai hartaku...
Sungguh, maafkan aku.

Sesaat setelah itu, aku merasa lega, seolah ditenangkan oleh-Nya. Betapa baiknya DIA, seberapa pun cacatnya ibadahku dihadapan-Nya, namun kasih sayang-Nya sungguh sempurna.

Pada Sabtu paginya, ketika aku bertekad untuk merajut semangat lagi, menebar senyum lagi, nyatanya di saat itu pula aku goyah lagi... Paket itu tiba! Ya, bajumu dari Hongkong telah tiba. Kamu bisa menebak apa yang terjadi? Aku menangis lagi. Ya, lagi.



Ah, kenapa paket itu seolah meledekku?

Tapi, aku nggak boleh bersedih terlalu lama karenamu.
Kebersediaan-Nya menemaniku di sepertiga malam itu, membuatku lebih rela melepaskanmu.


Di sini, ijinkan aku tetap menyimpan rumahmu dan bajumu, mungkin untuk beberapa waktu.



Selamat jalan HTC ONE MINIku...
Semoga kamu baik-baik saja bersama pendampingmu yang baru.

Tertanda,


- aku, yang merindukan pendampingku -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar