Jumat, 17 Oktober 2014

"Akhwat BENERAN"

Hari ini aku baru aja balik ke rumah setelah semalam enggak pulang.
*Loh, kemana? Tidur dimana luh?

Dari Hari Kamis pagi, aku berangkat ke Ciawi sebagai pendamping para siswa dalam kegiatan LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa).

Acara yang seru dan menyenangkan!
Alhamdulillah, Allah kembali menunjukkan kemurahan-Nya memberiku kesempatan merasakan hangatnya kekeluargaan diantara guru-guru sekolah itu, baik guru SMA, SMK maupun SMP (kebetulan kegiatan LDKSnya digabung, termasuk kamar untuk para guru pendamping).

Melalui kegiatan LDKS selama dua hari satu malam itulah aku belajar lebih mengenal guru-guru dan siswa-siswa dari unit lain (SMK dan SMP).
Sempat keliatan juga betapa jauh lebih aktifnya siswa-siswa SMK dibandingkan siswa SMA.

"Wah, apa kabar kalo waktu itu aku diterima jadi guru SMK?" batinku.
"Aku bakal ngadepin anak-anak yang sangat sangat sangat luar biasa aktifnya! Bekerja jauh lebih keras dibandingkan sekarang, tentunya."

Alhamdulillah saat ini aku di SMA.
Sungguh Allah sebaik-baik pembuat rencana.

Disela-sela rangkaian acara LDKS,
Aku sempat ngobrol dengan salah satu guru muda (ya begitulah, aku dan bapak guru yang satu ini ngerasa kalo kami adalah guru SMA yang 'masih' muda---secara guru-guru yang lain adalah guru-guru senior).

Bapak guru ini adalah wakil kepala sekolah, bidang kesiswaan.
Bapak guru muda yang kece dan sukses membangun persahabatan dengan siswa-siswanya.
Keren!

"Ini baru akhwat beneran! Berikutnya kalo ada kegiatan Tafakur Alam, ikut ya! Kalo bisa sekalian jadi pembicaranya (baca: pengisi materi)." begitu katanya setelah selesai sarapan pagi tadi.


Aku bengong.
Bukan, bukan!
Bukan karena diminta jadi pendamping kegiatan (lagi) atau jadi pembawa materi.

Tapi kalimat pertamanya itu yang bikin aku seolah langsung menciut.

Akhwat 'beneran'?
Sekali lagi, Akhwat BENERAN?

Entah alasan apa yang bikin bapak guru muda itu bisa bilang demikian.

Masya Allah,
beberapa kali dipanggil dengan sebutan 'akhwat' pun aku merasa malu.
Malu karena merasa aku tidak pantas menerima sebutan itu.
Masih sangat banyak kecacatan dalam ibadahku.
Masih sangat sedikit ilmu agama dalam diriku.
Masih sangat jauh dari nilai 'cukup' untuk akhlaq-ku.

Dan kali ini, ada satu kata yang ditambahkan setelah sebutan 'akhwat' itu.
Satu kata yang menurutku begitu terasa penekanan di dalamnya!

Yap.
BENERAN.
Akhwat BENERAN!

Ya Allah,
Maafkan aku...
Aku sama sekali tak bermaksud melakukan tipu daya apa pun kepada siapa pun.
Sungguh Engkau Yang Maha Tau keadaan hamba-Mu ini.
Aku hanya seorang hamba-Mu yang diliputi kekurangan di berbagai sisi.

Semoga Engkau berkenan memberiku kesempatan untuk terus memperbaiki diri.
Semoga Engkau tak pernah bosan membimbingku untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar