Sabtu, 11 Oktober 2014

WELCOME HOME!



"Welcome Home!"

Yap. Kalimat itu yang terlontar dari salah seorang temanku (re: rekan magang di masa kuliah dulu) pas aku ceritain kalo aku akan kembali ke dunia sekolah. Ini adalah capture-an obrolanku dengannya via WhatsApp.



Alhamdulillah.
Inikah waktu yang telah Allah siapkan untukku?
Telah tibakah waktu-Nya?

Aku kembali ke dunia sekolah!

Ya. Menjadi guru adalah salah satu dari sekian impianku.

Skenario kehidupan buatan-Mu emang enggak pernah terduga.
Semuanya begitu sempurna.
Allahu Akbar, aku enggak nyangka secepat ini mendapatkannya.

Segala puji dan syukur bagi-Mu, telah mengijinkanku kembali ke dunia pendidikan.

Tanggal 1 Oktober lalu adalah hari pertamaku jadi guru.
Ya. Pertama kali jadi guru (setelah menjadi seorang 'Sarjana Pendidikan')!

Adakah yang mau tau gimana rasanya?

Sejujurnya, aku agak kikuk.
Gimana enggak?
Aku jadi guru 'beneran'!

Ya. Aku seorang guru BENERAN!
(sebelumnya pernah ngerasain jadi guru magang----artinya, saat itu statusku masih jadi mahasiswa)

Dag Dig Dug Dag Dig Dug~
Degupan jantung rasanya cepet banget kala itu.
Aku kalap menyebut nama-Nya saat pertama kali memasuki gerbang sekolah di hari pertamaku.
Sebuah gedung sekolah tiga lantai dengan sebuah Masjid dan dua lapangan (lapangan basket dan lapangan futsal) dalam satu gerbang.

Kebayang? Sebuah bangunan sekolah yang luas!
Kebayang juga lah ya seberapa gugupnya aku kala itu.

Sebuah bangunan sekolah islam swasta di daerah Jakarta Barat.
Terdiri dari tiga unit dalam satu gerbang, yaitu tingkat SMP, SMK dan SMA.
Dan aku adalah seorang guru baru di tingkat SMA.

Aku masih ngerasa enggak percaya waktu diajak oleh seorang wakil kepala sekolah untuk berkenalan dengan guru-guru lain dan staf Tata Usaha.
Aku masih enggak percaya kalo statusku udah berubah menjadi seorang GURU!
Alhamdulillah wa syukurillah...

Oh iya, sebagai seorang Guru Bimbingan dan Konseling (re: Guru BK satu-satunya di sekolah itu), aku punya ruang kerja sendiri tentunya.
Aku diantar sama wakil kepala sekolah ke salah satu ruangan di lantai 2.
Sebuah ruangan sederhana bertuliskan "Ruang BP/BK SMA" di pintunya.

Pertama kali aku buka pintu itu, aku tersenyum.
"Inilah yang akan menjadi ruang kerjaku selanjutnya", batinku.

Bagi yang penasaran sama ruangannya, aku mau bantu kasih gambaran di sini.
(kurasa, teman-teman dari bidang Bimbingan dan Konseling akan lebih mengerti).

Sebuah ruangan sederhana,
dengan satu buah lemari, tiga buah kursi, satu buah meja kerja,
satu buah rak sepatu, satu buah sapu, satu buah kain pel,
satu buah vas bunga + bunga plastik di atas meja,
beberapa box file, satu box tissue, satu Al-Quran
dan beberapa ornamen penghias dinding.

Ya.
Tanpa ada bagan program BK atau bahkan sekedar feeling list.

Bagaimana isi lemarinya?
Lemari kayu sederhana yang terdiri dari enam bilik itu...

Bilik pertama terkunci. Aku enggak bisa buka. Kayaknya kuncinya ilang.
Bilik kedua bersih (dengan kertas HVS menghiasi setiap sisinya). Aku rasa cuma bilik ini yang digunakan sama guru BK sebelumnya.
Bilik ketiga dan bilik keempat isinya adalah tumpukkan file-file lama, dari mulai kumpulan Surat Perjanjian Siswa, kumpulan Kronologis Kasus sampai kumpulan Surat Pemanggilan Orang Tua. Dan kalian tau? File-file itu adalah file sekitar tahun 2006 - 2010. Lawas, bro!
Bilik kelima dan bilik keenam lebih random lagi! Isinya dari mulai soal-soal ulangan Bahasa Inggris, tiga box amplop yang udah berselimut debu, bola basket dan bola voli yang udah kempes, sampai sepatu dan sendal yang udah enggak jelas bentuknya!

Setelah selesai mengamati bilik-bilik lemari itu, aku cuma bisa bilang,
"AllahuKariim"...
Aku sadar tugas berat menanti di depan mata.
Cuma satu yang aku harapkan, semoga Allah enggak pernah ninggalin aku.
Kehadiran-Nya adalah sumber penyemangat yang enggak akan ada gantinya, menurutku.

Oh iya, ada beberapa pertanyaan yang muncul kala itu.
"Gimana mungkin guru BK yang sebelumnya bisa betah kerja di ruangan yang seperti itu?"
"Apa aja yang udah dilakukan sama beliau? Kenapa aku enggak nemuin hasil analisis assesmen ataupun satuan layanan BK di sana?"

Aku pun jadi kalap nyari informasi ke guru-guru lain tentang pelaksanaan BK di sekolah itu. Ternyata, guru BK yang sebelumnya adalah lulusan dari Universitas yang sama denganku. Beliau udah lima tahun di sekolah itu dan akhirnya memutuskan pindah ke sekolah swasta dekat rumahnya (di daerah Ciledug).

Hem, mungkin segala berkas instrumen BK dan kawan-kawannya dibawa sama beliau ke sekolah yang baru.
Artinya?
Ya. Aku harus memulai semuanya dari awal di sekolah itu.
Benar-benar dari awal!

Lagi dan lagi kusebut nama-Nya.
Aku berusaha mengingatkan diriku bahwa akan selalu ada kehadiran-Nya.
Semoga Dia enggak membiarkan aku menjadi putus asa.
Allahu Akbar!

Ada yang menanyakan,
"Menyesalkah aku bergabung di sekolah itu?"

Aku pun kembali bertanya,
"Apakah aku berhak untuk menyesal?"
"Bukankah menjadi guru adalah impianku?"
"Haruskan menyesal ketika Allah mengijinkanku meraih hal itu?"
"Adakah yang harus disesalkan dari skenario kehidupan-Nya Yang Maha Sempurna?"
"Tidakkah aku percaya bahwa rencana-Nya pasti jauh lebih indah dari yang kupunya?"
"Bukankah hanya Dia Yang Mengetahui segala yang terbaik untuk hamba-Nya?"

Terjawab sudah.
Sebagaimana aku tekankan pada diriku sendiri,

"Semua akan baik-baik saja selama kita percaya pada-Nya. Insya Allah..."

Terima kasih Engkau telah memberiku kesempatan mengabdi melalui sekolah itu.
Semoga aku tidak termasuk hamba-Mu yang menyia-nyiakan kesempatan dari-Mu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar