Secara etimologi kata hijrah berasal dari bahasa Arab yang berarti memutuskan hubungan, pindah, dan meninggalkan suatu tempat pindah kepada yang lain. (Habbudin, 2011)
Ya, begitulah.
Aku juga hijrah, dari kantor ke sekolah. Aih!
Aku jadi inget waktu salah seorang rekan kerja di kantor yang sebelumnya itu nanya,
"Kalo guru tuh gajinya lebih gede ya daripada di sini?"
Aku pun cuma ketawa.
Waktu aku di-interview sama Kepala Sekolah dan aku cerita kalo aku sempet kerja sebagai Staf Admin di sebuah kantor, Kepala Sekolah senyum dan bilang,
"Kamu udah tau kan gaji di sini berapa? Artinya, kamu akan kehilangan 50% dari pendapatan kamu sebelumnya. Apa kamu siap?"
Kalo kalian jadi aku, gimana?
Ya secara kan aku masih muda ya! *tsailaaahhh
Masih ada dong keinginan untuk shopping ini-itu, kulineran sama temen kesana-kemari dan sebagainya?
Akan ragu enggak buat jawab, "iya saya siap"?
Bahkan, Kepala Sekolah lanjut bilang,
"Rumah kamu di Tebet, ke sini naik motor. Uang bensinnya gimana? Belum lagi katanya harga BBM akan naik. Bisa jadi harga lipstik pun akan naik."
Begitu Kepala Sekolah meledekku dan kami pun ketawa.
"Insya Allah, saya siap!"
Pada akhirnya, satu kalimat itu terlontar dari mulutku dan menandakan komitmenku secara enggak langsung kepada sekolah itu.
Di hari pertama masuk dan bertemu dengan guru-guru lain, beberapa hal yang aku inget sampe sekarang adalah,
"Di sini emang gajinya kecil, tapi insya Allah berkah."
"Di sini kekeluargaan banget guru-gurunya."
Alhamdulillah wa syukurillah...
Di hari pertama aku masuk (saat itu Hari Rabu),
Langsung ketemu sama pendamping dari Dinas yang mau nilai Implementasi BK dalam Kurikulum 2013.
WAW!!!!
Langsung ikut rapat pergantian Kepala Sekolah baru
(otomatis semua guru kumpul dan jadi bisa kenalan sama semuanya sekaligus).
Di hari kedua aku masuk (Hari Kamis),
Aku sibuk obrak-abrik ruang BK demi kenyamanan kerja aku sendiri nantinya. *tsaahhh!
Sekolah pulang cepet karena besoknya libur terkait puasa Arafah.
Di hari ketiga aku masuk (Hari Senin),
Semua guru kumpul untuk makan-makan dan siswa-siswa lomba masak
(terkait peringatan Idul Adha).
MAKAN BESAR dan bersilaturahmi sekaligus sama guru-guru SMP dan SMK.
*ternyata, di sekolah ini biasa melakukan kumpul-kumpul (semua guru SMP, SMK dan SMA) dalam perayaan-perayaan besar
(re: Idul Adha, 17 Agustus, Idul Fitri, dsb)*
Di hari keempat aku masuk (Hari Selasa),
Sekolah pulang cepat (lagi) karena murid-murid cuma ngambil nomor untuk Mid Semester esok harinya.
Subhanallah...
Baru empat hari jadi guru pun aku udah ngerasain banget nikmat-Nya.
Berangkat pagi-pagi dengan udara sejuk dan jalanan Jakarta belum macet.
Sore hari udah di rumah (udah bisa santai-santai sambil nonton FTV *ups).
Hampir setiap hari adaaa ajaaa makanan dari sekolah yang aku bawa pulang. Insya Allah berkah...
Ngerasain kekeluargaan diantara guru-guru dan staff di sekolah itu. (Tiap kali dikasih kesempatan oleh-Nya untuk ngerasain indahnya kekeluargaan itu, aku enggak berhenti ucap syukur penuh haru. Indahnya ukhuwah islamiyah itu...)
Tapi, tetep sih, yang namanya kehidupan enggak akan lurus-lurus aja.
Aku juga ngerasain jadi 'junior' (guru baru) yang disuruh-suruh (eh, maksudnya "dimintain tolong") terus sama (guru-guru) senior!
Dari mulai bantu-bantu guru piket, inval kelas, pasang karpet ruang BK dan ruang UKS, bolak-balik ambil berkas di TU, ngukur tinggi badan dan berat badan siswa kelas X, gantiin guru untuk ngawas Mid Semester, ngisi materi di acara LDKS kelas X, dan 'tugas-tugas manis' lainnya.
Bahkan tanggal 9 Oktober kemarin, aku baru aja selesai menyulap ruang BK jadi lebih kece dan oke!
Aku udah bawa beberapa kardus dari rumah, bawa kemoceng, kertas kado, lem, gunting, penggaris dan segala perlengkapan perang lainnya!
Aku keluarin semua isi lemari yang penuh debu.
Aku tempelin kertas kado dan kertas HVS bekas di setiap sisi lemari.
Aku sortir file-file lama berdasarkan judul dan tahunnya.
Aku masukkin ke kardus segala jenis file yang sekiranya udah nggak diperluin.
Aku usir semua debu yang nempel dan aku sapu ruangannya.
Bahkan, aku pasang sendiri karpet di ruangan itu.
Dari mulai angkat-angkat dan geser-geser meja, sampai gunting-gunting karpet biar ukurannya sesuai dengan ruangan.
Pas!
Semuanya selesai. Rapih. Puas.
Alhamdulillah. AllahuAkbar!
Aku masih inget tampang cengok Bapak Pesuruh Sekolah waktu aku minta tolong beliau angkutin barang-barang yang udah enggak kepake dan tolong bantu untuk dibuang.
Beliau berdiri di depan ruang BK dan bilang,
"Ibu ngerjain semua ini sendirian?"
"Iya".
"Yah Bu, maaf ya saya belum bisa bantuin apa-apa. Tadi lagi ada urusan dulu Bu." begitu katanya, dengan ekspresi lucu seolah penuh rasa bersalah.
"Enggak apa-apa kok, Pak. Saya minta tolong angkutin itu aja, Pak. Tolong bantu buang ya!" jawabku.
Masih terasa bahagianya kala itu.
Bahagia karena satu tugas telah berhasil aku selesaikan.
Bahagia karena bisa bebas mendekorasi ruangan sesuka hati.
Hem, kalo lagi ngerjain banyak hal kayak gitu, boleh ngeluh enggak sih? *ups!
Aku inget kata Papaku,
"Apa pun yang masih bisa kita kerjain, walaupun itu seharusnya bukan kerjaan kita, ya kerjain aja! Toh, kita jadi bisa tau kan tugas-tugas lain yang (mungkin) selama ini belum pernah kita lakuin."
Aku juga inget kalimat dari salah satu buku yang pernah aku baca,
"Jangan menyibukkan diri untuk mengeluh, anggaplah segala kesempatan yang ada sebagai ladang amal untuk kita."
Yap!
Gimana bisa ngeluh sih kalo Dia aja enggak pernah bosen ngasih nikmat-Nya selama aku hidup di bumi-Nya?
Gimana bisa ngeluh kalo Dia aja enggak pernah berhenti nunjukkin kasih sayang-Nya walaupun aku masih seringkali lalai beribadah kepada-Nya?
Gimana bisa ngeluh kalo Dia aja enggak pernah ninggalin aku meskipun aku seringkali melupakan-Nya demi kepetingan dunia semata?
Masya Allah...
Sungguh enggak ada alasan sekecil apa pun untuk enggak bersyukur kepada-Nya.
Wahai Sang Maha CINTA,
Pembuat skenario Yang Maha Sempurna,
Semoga Engkau tidak membiarkanku terjebak dalam tipu daya dunia.
Semoga Engkau tak pernah lelah membimbingku meraih berkah dalam setiap langkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar